Thursday, August 11, 2005

Wouter Stips ( wawancara )


Bikin Buku di Selasar Sunaryo Art Space:
Wouter Stips, "Anak juga Butuh Bacaan"
Masa depan dunia bukan berada ditangan orang dewasa , tetapi berada di tangan anak anak......Berkembang atau tidaknya daya inteletualitas anak ternyata tidak ditentukan oleh esok hari, tetapi sangat ditentukan oleh apa yang terjadi hari ini.
Apalagi dunia saat ini, adalah dunia yang penuh 'pertarungan'.....

Untuk itu anak sangat membutuhkan bacaan yang bisa mencerdaskan dirinya.....sekalipun pengetahuan itu didapat dari sebuah karya fiksi... pada satu sisi akan memberikan dampak yang cukup besar bagi diri si anak, bahwa ia telah mengetahui sesuatu yang selama ini tidak diketahuinya.

Itulah sebagian ucapan Wouter Stips yang dirangkum oleh Soni Farid Maulana seorang reporter Harian Pikiran Rakyat, Bandung. Menyelenggarakan Pondok Baca yang mudah diakses anak anak, merupakan salah satu cara dalam upaya memenuhi daya intelektual mereka. Wouter sangat ingin turut serta membebaskan anak anak Indonesia dari buta huruf dan buta baca ( malas membaca).

Dari hasil percakapannya dengan anak anak anggota Pondok Baca yang di gagas oleh tim District Literacy Promotion,Wouter Stips berkesimpulan, bahwa mereka ingin hidup setara dengan anak anak yang tinggal di negara maju. Sangat mengharukan, karena diutarakan dengan kejujuran sudut pandang seorang anak. Munculnya keinginan seperti itu, menunjukkan mereka punya minat yang besar untuk terus tumbuh dengan cara belajar dan membaca buku lebih banyak lagi.

Berkaitan dengan hal ini, selama di Bandung dari tanggal 25 Juni sampai dengan 30 Juli 2005 , Wouter berupaya sedemikian keras untuk membuat bukunya yang memungkinkan terjadi dialog antara orang tua dan anaknya dalam memahami kehidupan. Judul buku tersebut adalah 'Anak Dalam Hatiku Anak Dalam Diriku
'
Beberapa bulan sebelum berangkat ke Indonesia, terbit sebuah bukunya yang indah,...a nice family book..., berjudul 'Ongeveer Zoveel hou ik van jou' yang artinya That Much I love You, berbicara tentang anak dan kehidupan.....dalam satu setengah bulan, terjual 3500 copies.

Pentingnya sebuah buku bukan saja untuk hiburan, katanya, tetapi juga untuk pemenuhan daya spritual. Dalam buku yang tengah ditulisnya sebagai charity untuk Yayasan Pondok Baca Indonesia, Wouter mengaku tengah melukis sesuatu yang diimpikannya. Sebuah pemandangan, misalnya dimana manusia dan binatang bertemu dan bermain tanpa ada halangan. Menurutnya, dalam lukisan semuanya bisa terjadi seperti yang terdapat dalam pikiran anak anak.

Wouter Stips kelahiran tahun 1944, adalah ayah 2 orang anak yang berangkat remaja, tamatan Academie of Fine Arts. Telah banyak seni grafis yang berbeda dipublikasikan dan terjual di Eropa dan lebih dari 50 pameran di galeri galeri terkenal di Belanda, Perancis, Inggris dan Spanyol yang diikutinya dan iapun diundang untuk membuat lukisan dan seni pahat dalam rangka Queens 25th Regional Jubilee.

Sementara itu, PP Sunaryo pemilik' Selasar Sunaryo Art Space' dimana Wouter diterima dengan sangat bersahabat, mengatakan sangat tertarik dengan karya karya Wouter Stips yang spontan, seperti kekanak kanakan, namun memancarkan daya estetik yang luar biasa. Dengan demikian, Rtn Sunaryo yakin, apa yang dilukisnya tidak hanya akan menarik minat si anak terhadap lukisan dan teks, tetapi juga membangkitkan minat orang dewasa untuk mengapresiasi. Dialog antara anak dan orang tua apapun bentuknya sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan daya intelektual anak.